Tujuh Sifat Pedagang Yang Shalih

Tujuh Sifat Pedagang Yang Shalih

Tujuh Sifat Pedagang Yang Shalih:[1]

  1. Memilki niat dan Aqidah yang baik saat memulai perniagaan. Yaitu dengan niat menjaga diri dari Tindakan meminta-minta dan mengekang sifat rakus terhadap orang lain dengan cara mencukupkan diri pada harta yang halal serta menggunakan hasil yang dudapat demi kepentingan agama setelah terlebih dahulu mencukupi kebutuhan keluarganya.
  2. Dalam melakukan pekerjaan atau menjalankan perniagaan hendaklah berniat menunaikan salah satu bentuk kewajiban (fardhu kifayah). Karena dengan berniaga berarti dia telah membantu orang lain dalam mencukupi kebutuhan dunia dan agama.
  3. Jangan sampai kesibukan pasar dunia merintanginya dari pasar akhirat.

Allah Ta’ala berfirman:

Artinya: yaitu laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, dari mendirikan shalat dan dari membayar zakat. (Q.S An Nur: 37)

  1. Tekun berdzikir di pasar dan menyibukkan diri dengan tahlil dan tasbih kerna mengingat Allah di pasar di tengah orang-orang yang lalai adalah amalan yang paling mulia.

Nabi Shallallahu Alaihi wasallam bersabda: perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dan yang tidak berdzikir kepada Rabbnya bagaikan orang hidup dengan orang mati. (HR. Bukhari No. 6401)

  1. Jangan terlalu tamak dalam mengurusi urusan pasar dan perniagaan dengan masuk ke pasar paling pertama dan keluar paling akhir.

Dari salman Radhiyallahu ‘anhu, berkata: Jika negkau bisa, janganlah menjadi orang yang pertama masuk pasar dan terakhir keluar. Karena pasar nerupakan medan pertempuran syaithan dan di sanalh ia menancapkan benderanya. (HR. Muslim No. 2451).

  1. Jangan merasa cukup telah menjauhi yang haram, tetapi waspadalah segala syubhat yang meragukan.

Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِيْ الحَرَامِ

Barang siapa terjatuh ke dalam perkara syubhat, maka dia telah terjatuh kepada perkara haram. (HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Hendaknya ia memantau seluruh keadaan yang berlangsung dalam berbagai transaksi yang dilakukannya Bersama setiap pelanggannya karena dirinya akan diawasi dan diambil perhitungan oleh Allah Ta’ala.

[1] Dinukil dari kitab Dalil attujjar ila akhlaqi al akhyar, yusuf bin simail an-nabhani, daarul mujtama – Jeddah, Madinah, cet 9, th 141 H

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *